Hujan gerimis menjadi pengiring jenazah mamaku sore ini. Tangisanku meledak saat mama dimasukkan ke liang lahat. Omma yang semula tegar, kini tak bisa menahan untuk menitihkan air mata. Aku yang saat itu menangis histeri sambil memeluk nisan mamaku tiba-tiba seseorang memelukku dan menarikku. Ketika aku membalikkan badan, ternyata orang itu adalah papa. Orang yang telah meninggalkan aku dan mama sejak umurku 7 tahun. Melihat kedatangan papa, omma langsung mendatangi dan menamparnya.
“Pergi!”.Bentak omma pada papa.
Papa pun pergi. Saat ini aku melihat papa kembali setelah 11 tahun meninggalkan aku dan mama. Ketika papa dan mama bercerai, papa meniggalkan kami dan membawa kak Orion ke Australia. Kak Orion yang selalu jadi topik pertengkaran mereka, karena tingkah mama yang keras dengan Kak Orion.
Tiba dirumah, ada papa yang duduk diruang tamu bersama Zika, sahabat ku sejak SD.
Papa yang tersenyum dan menyambut untuk memelukku. Tapi saat itu aku langsung duduk disamping Zika.
“Anita marah sama papa?” tanya papa sambil senyum.
“Enggak”. Jawab ku singkat.
Aku pergi ke kamar dan Zika menyusul. Dia memelukku.
“Anit, aku pulang dulu ya. Besok jadi kan antar aku jemput kakak ku?” tanya Zika.
‘Iya”. Jawabku.
Makan malamku dengan papa berjalan kaku.
“Papa kangen sama masakan Indonesia. Lusa ulang tahun Nita kan, mau minta kado apa sama papa?” tanya papa.
“Enggak, pa. Terima kasih. Aku udah kenyang. Aku mau tidur. Besok aku mau pergi sama Zika”. Jawabku.
Keesokan harinya, ketika keluar kamar, ternyata omma datang dan sedang ribut mempersoalkan kedatangan papa dirumah ini.
“Anita, kemari nak!” seru omma yang berusaha menahan amarah didepanku.
“Omma, aku mau kerumah Zika. Soal papa yang dirumah ini, tolong gak usah dipermasalahin.” Kataku .
Zika sudah menunggu. Hari ini aku akan menemani Zika menjemput kakaknya yang baru pulang dari Australia. Kami tiba di Bandara Soekarno-Hatta dan menuju dibagian kedatangan.
“Zika!” teriak laki-laki sambil melambaikan tangannya.
Zika yang melihat kearah teriakan itu lalu menarikku untuk menghapiri. Tidak salah lagi laki-laki itu adalah kakak Zika, Alvin.
“ Bingung dek liyat abang jadi tambah ganteng gini?” kata Kak Alvin pada Zika sambil senyum-senyum.
Di rumah Zika kami semua makan bersama. Setelah selesai, aku berpamitan karena pak supir sudah menunggu ku diluar.
Paginya aku sudah mulai sekolah. Datang ke kelas disambut Zika dan teman-teman. Zika yang dari kemarin ingin mengajakku jalan pun meluapkan keinginannya itu sekarang.
Dengan heboh dia bilang,“Pokoknya nanti kamu harus nganter aku ke mall, beli baju, buku sama kita makan”
“Iya, iya” jawabku sambil tersenyum.
Di mall, Zika dan aku meluapkan kebosanan saat di sekolah dengan berbelanja dan makan. Saat makan, aku ingin membeli es krim dan meninggalkan Zika. Ternyata antrian begitu panjang, aku berusaha mendapat tempat terdepan dengan mencurangi anak-anak yang ada didepanku. Dan akhirnya aku berhasil mendapat es krim rasa vanilla kesukaanku. Saat berjalan menghampiri Zika, tidak sengaja aku menabrak seorang laki-laki.
“Maaf kak, aku enggak sengaja” kataku sambil membersihkan baju laki-laki itu tanpa melihat orang tersebut.
Dan saat aku melihat wajahnya, ya Tuhan begitu sempurnanya dia. Aku pun melihatnya sambil ternganga.
“Iya, enggak papa kok” sambil tersenyum denganku.
Aku menghampiri Zika masih sambil senyum-senyum.
“Kamu kenapa sih Nit? Mana es krimnya, aku minta” kata Zika.
Aku masih menghiraukan ucapannya sampai tiba-tiba Zika menepuk pundakku.
Aku yang masih kaget bilang,”Apa sih Zik? Gak ada es krim, tumpah”
Zika masih bingung dengan sikapku ini, karna biasanya jika aku tidak mendapatkan es krim vanilla kesukaanku aku marah. Setelah Zika mulai ngomel aku menceritakan apa yang terjadi.
“Aku ketemu sama cowo yang perfek banget, sumpah aku seneng banget.” Kataku sambil senyum-senyum.
Seminggu setelah itu adalah ulang tahunku, aku keluar dari kamar untuk berangkat sekolah. Ternyata sudah aku kue ulang tahun dimeja makan.
“Selamat Ulang tahun, Sayang!Papa ada kado buat Anita” kata papa.
Seorang laki-laki datang dari kamar Kak Orion. Dia tersenyum dan mendatangi papa. Begitu terkejutnya karna laki-laki itu adalah seorang yang aku tabrak waktu di mall seminggu yang lalu. Setelah kejutan itu, aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Kak Orion mengantarku. Dimobil aku hanya diam. Aku masih tidak menyangka Kak Orion adalah orang yang aku kagumi.
Kami telah sampai sekolah dan aku megatakan,”terimakasih, kak” sambil tersenyum lalu keluar.
“Di antar siapa pagi ini?” kata Angga yang berdiri disampingku sambil memutar-mutar kunci motornya.
“Kak Orion” jawabku sambil jalan meninggalkan Angga.
Aku menceritakan kejutan pagi ini dengan Zika. Dia pun kaget dan mentertawakanku.
“Bego, kok bisa sih kamu kagum sama kakakmu sendiri?” kata Zika sambil tertawa.
“sstt, diem ah. Jangan keras-keras. Aku juga gak tau ternyata dia Kak Orion. Sumpah beda banget sekarang” kataku.
Pulang sekolah, Angga datang ke kelasku. Kak Orion sudah sms aku kalau dia akan menjemputku.
“Ayo, aku antar kamu pulang. Atau kita makan ke mall” kata Angga padaku.
“Kamu gak ada latihan basket? Aku dijemput kak Orion” kataku.
“Siapa sih Orion itu? Pacar kamu?” tanya Angga.
“Dia kakakku!” jawabku sambil meninggalkan dia.
Angga mengejarku dan bilang,”Aku ada latihan sore nanti. Tapi setidaknya kita bisa makan siang dulu seperti biasa. Please Nit.” Angga mengambil tanganku.
Tiba didepan gerbang, kak Orion sudah menungguku. Dia melihat tanganku dipegang Angga.
“Kak, aku diantar Angga. Kakak pulang dulu aja” kataku pada kak Orion.
Kak Orion masuk mobil lalu berkata,”Jangan sore-sore” lalu dia pergi.
Aku dan Angga pergi ke mall untuk makan. Ternyata Angga membelikan kado jam tangan. Dan kami pulang cepat karena Angga ada latihan basket.
Hari ini aku melihat papa masuk ke kamar mama. Hal yang belum pernah ku lihat sejak papa datang ke rumah. Dia duduk dikasur dan air matanya menetes.
“Papa kenapa?” tanyaku.
Papa menghapus air matanya dan berkata,”Maafin papa ya, Nita.” aku memeluk papa.
Paginya Kak Orion sudah siap untuk berangkat bersamaku, tadi malam dia begitu sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Dia hanya liburan sebentar di Jakarta dan bulan depan harus kembali lagi ke Australia.
“Ayo non, ke sekolah nanti terlambat lo” katanya.
Aku yang tertawa melihat kak Orion berkata seperti itu. Kak Orion mengandeng tanganku.
Sudah seminggu ini Kak Orion yang mengantar dan menjemput aku. Tidak hanya itu, Kak Orion juga sering mengajakku makan siang, sampai-sampai Angga kesal.
“Kapan sih aku bisa jalan sama kamu kaya biasa?” kata Angga.
“Besok aku ada pertandingan basket, kamu nonton ya.” Pinta Angga.
“Iya,aku izin sama kakakku dulu ya.”jawabku.
Hari ketika pertandingan basket, aku meminta izin dengan Kak Orion. Kak Orion mengizinkan asal dia ikut nonton. Kami pun makan dulu di mall seperti biasa. Entah kenapa aku selalu nyaman dengan kak Orion. Banyak hal yang kami bicarakan, dari mulai cerita-cerita saat di Australia sampai cerita tentang kebiasaan papa yang pelupa. Kami melanjutkan melihat Angga bertanding sambil makan es krim vanilla. Angga yang waktu itu melihatku tersenyum dan melambaikan tanganya.
Pertandingan selesai dan Angga main begitu bagus. Aku turun ditemani kak Orion untuk pamit pulang dan mengucapkan selamat pada Angga. Ketika mencari dimana dia, aku mempergoki Angga sedang dipeluk seorang perempuan. Dia kaget melihatku. Kak Orion yang tahu hal itu langsung memukul Angga. Akupun langsung pergi ke parkiran. Kak Orion menyusulku.
“Kamu gak papa kan? jangan sedih gitu dong” kata Kak Orion sambil memelukku. Rasanya begitu hangat dan rasa kecewaku terhadap Angga hilang begitu saja.
Aku pulang kerumah, beberapa kali Angga mencoba menelponku. Dan tidak aku jawab. Aku begitu rindu pada mama malam ini. Aku ingin tidur dikamar mama. Saat dikamar mama, aku membuka lemari. Didalamnya begitu banyak benda kesayangan mama, mulai dari perhiasan, baju, sepatu dan tas. Di laci lemari tersebut aku melihat buku yang lumayan tebal. Ternyata itu adalah buku harian mama. Aku membacanya. Isinya tentang cerita saat pertama bertemu papa, cerita pernikahan dan sampai tentang perlakuan mama yang keras dengan kak Orion. Lembar demi lebar aku baca, dan sekarang aku sadar bahwa Kak Orion bukanlah anak papa dan mama. Dia anak dari mantan pacar papa yang meninggal saat melahirkan Kak Orion dan ayah Kak Orion meninggal sebelum Kak Orion lahir. Aku begitu terkejut membacanya. Sekarang akutahu, itulah yang menjadikan mama sering kasar dengan Kak Orion. Mama menganggap Kak Orion menjadi penghancur rumah tangga mereka.
Pagi ini aku kembali diantar Kak Orion. Dia bertanya,”Kamu enggak papa kan semalam?’
Aku masih memikirkan isi dari buku harian mama. Sampai di sekolah Angga sudah menunggu didepan gerbang.
“Please Nit, dengerin aku. Dia cuma pengen memeluk aku. Cuma itu doang.” jelas dia.
Aku yang waktu itu baru keluar dari mobil hanya diam. Saat itu Kak Orion kembali bicara dengan Angga yang membuat Angga emosi. Lalu aku menarik Angga.
“Ngomong sekarang. Tapi please gak usah cari ribut sama Kak Orion.” Kataku pada Angga.
“Oke, aku enggak kenal siapa itu cewek” kata Angga.
“Kalau gak kenal kenapa main peluk-peluk? Murahan banget sih” jawabku.
“Dia suka permainanku, dan dia juga cuma mau peluk sama minta foto bareng sama aku. Sumpah Nit, aku sayang sama kamu.” Jawab dia.
Aku pergi, dia terus minta maaf denganku. Sampai-sampai aku dilihat banyak orang. Aku membalik badan dan berkata padanya,”Kamu gak malu kaya gini?”.
“Enggak, Nit. Maafin aku. Please” kata dia sambil memegang tanganku.
Akhirnya aku memaafkan dia. Aku tidak tega membuat dia malu mengejarku dan berulang kali minta maaf. Angga orang yang setia, aku yakin itu.
Akhir bulan telah datang, Kak Orion sudah bersiap-siap untuk pulang lagi ke Australia. Sulit rasanya melepas kepergian Kak Orion. Papa juga sering pulang pergi Jakarta-Australia untuk mengurus pekerjaannya.
Hubunganku dengan Angga berjalan baik, sekarang dia yang mengantarku. Sebenarnya aku rindu dengan Kak Orion. Sekarang Zika dekat dengan teman Angga, anak basket dan juga rohis. Zika sering memakai jilbab akhir-akhir ini.
“Bukan karena orang itu alim kan Zik?” tanya ku sambil tersenyum.
“Enggak kok, dia yang mengajarkanku betapa pentingnya menutup aurat.”jawabnya sambil tersenyum.
2 minggu setelah itu ketika aku pulang sekolah, papa dan Kak Orion telah menunggu diruang tamu sambil membawa buku harianku. Muka papa begitu marah. Aku baru melihat papa seperti itu.
“Anita Putri Ardian! Sini, papa mau bicara sama kamu” dengan nada ketus.
Aku menghampiri dan mengatakan,”Iya pa, udah pulang? ” sambil tersenyum.
‘Apa maksud kamu mengatakan dibuku ini soal kakakmu? Kamu suka sama kakakmu sendiri?’ kata papa dengan nada marah.
“Papa dapet diary ku dari mana?” kataku dengan perasaan takut.
“Waktu papa mau kasih oleh-oleh dan masuk kekamar kamu. Jawab Anita! Itu benar?” kata papa.
Aku hanya diam, dan kak Orion yang menjelaskan.
“Bukan pa, mungkin Anita hanya kurang mendapat perhatian seorang kakak. Dan setelah ada aku, mungkin dia senang” jawab kak Orion dengan halus sambil melihatku.
“Aku tahu pa, Kak Orion bukan anak papa kan? Makanya mama selalu ribut soal itu.” Kata sambil menangis.
Semua terdiam. Aku masih menangis tersedu-sedu.
“Apa itu benar, pa?” tanya Kak Orion.
Papa menghela nafas dan berkata,”Iya Orion, itu benar. Kamu bukan anak papa. Tapi papa sayang sama kamu, Rion!” kata papa sambil memeluk Kak Orion.
“Berarti aku tidak salah kan suka sama kak Orion?”kataku.
“Tidak, Nita! Kamu tidak boleh suka sama kakakmu sendiri. Meskipun dia bukan anak papa, tapi kalian itu bersaudara. Orion sudah papa anggap anak. Kamu harus mengerti itu!” kata papa ketus.
Aku lari kekamar. Aku bingung dengan perasaanku. Kenapa kak Orion yang selalu aku pikirkan. Disamping itu aku juga merasa Angga telah begitu baik denganku. Aku harus melupakan Kak Orion. Benar kata papa, walau bagaimanapun dia adalah kakakku. Aku tidak mungkin berpacaran dengan kakakku sendiri.
Paginya, Kak Orion kembali ke Australia, alasannya ingin melanjutkan kuliahnya. Kepergian Kak Orion itulah yang bisa membuatku gampang untuk melupakannya dan kembali dengan Angga.
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar